Apakah Rokok Elektrik Lebih Aman dan Sehat?

1:31 AM

“Apaan tu Bro?!” saya menunjuk ke arah benda yang sedang diemut dan dihisap oleh teman saya. Dia semburkan asapnya mengepul penuh ke udara. Saya baru datang ke acara konkow bersama teman-teman lama. Ketika itu saya lihat salah satu teman saya menghisap sebuah benda, kaya gadget, tapi ko diemut? “Ini namanya elektrik cigaret atau rokok elektrik, gantinya rokok guwe!”. “Oo. Guwe baru liat bro, suer!”. Ya saya memang baru lihat yang kaya begituan. Lingkungan kerja saya di dunia pendidikan memang tidak memperbolehkan orang merokok, jadi jarang banget liat orang merokok apalagi model yang kaya gadget gini.
Teman saya bercerita. Dia sudah setahun meninggalkan kebiasaan merokok, dan selama setahun menggantinya dengan rokok eletrik. “Apa si rasanya bro?” “Rasanya sama aja kaya rokok biasa. Membuat kita relaks dan santai, tapi bro, ngebul banget, beda sama rokok biasa!”, Jawab dia. Tetapi ada kelebihan “Ini ada rasanya bro, coba ni lo cium ya” Dihembuskanlah asap ke udara, dekat wajah saya. “mmmhh, iya beda, ko wangi asapnya bro?”. “Ini bukan asap ini uap! Uapnya bisa macam-macam rasa, mau rasa buah apa aja juga bisa. Ini asap ga ganggu lingkungan sekitar, jadi lo aman bro!” kata dia.
“Ini gimana cara kerjanya?” Rasa ingin tahu saya memuncak sambil menunjuk ke rokok elektriknya. Teman saya kemudian memperlihatkan alat yang dia punya. “Ini nama vaporize” Buat kita pemakai, disebut vep” (kalau ga salah dia bilang gitu sebutannya). “Ada dua model, yang mekanik dan yang elektronik. Kalau yang mekanik kita tekan bawahnya, lalu asap keluar lalu kisa hisap, sedangkan yang electronik, ada indikatornya, mau berapa watt 10 atau 30 juga bisa. itu yang mengatur keluarnya asap. Nah yang elektrik ini kita pencet lalu tinggal kita isap semaunya.”
Dia kemudian membuka bagian-bagiannya, ada baterei warna kuning, kemudian ada bagian koilnya dan ada semacam kapasnya. Kapas itu dia tetes dengan cairan tertentu kemudian dia mainkan mekaniknya, seketika asap mengepul. “Liat kan itu asapnya”. Ada juga rokok elektrik yang ada tabung beningnya berisi cairan, jadi isinya bisa kita lihat apakah masih penuh atau sudah habis.
“Jadi lo sekarang sudah ga ngerokok tembakau?” Tanya saya. “Iya udah setahun”. “Apa bedanya ngerokok yang vep sama yang tembakau buat lo?” Tanya saya lagi. “Yang ini ga bikin mulut guwe asem” “Maksud lo?” Tanya saya. “Jadi kalo misalnya rokok elektrik ini ketinggalan di rumah, pas di kantor guwe ga nagih! Mulut guwe ga asem, kalo rokok biasa asem dan bikin pengen ngerokok, kalo yang ini nggak”, jelas teman saya. “Berarti kebiasaan ngerokok lo ilang dong?!” Yoi bro!”. Ternyata memang temen saya itu sedang berusaha menghilangkan kebiasaan merokok tembakau dia. “Kita kaya disapih!” tambah teman saya. “Guwe udah disapih, jadi ga pengen ngerokok tembakau lagi”. Pertanyaan saya “Nah sekarang lo kenapa ngerokok elektrik ini?” saya penasaran. “Bagi guwe ini gaya hidup!”, jawab dia mantap.  (Ealah, gaya hidup ternyata!)
Rasa ingin tahu saya tidak berhenti. “Itu cairan apa bro?” “Ini zat kimia yang asalnya dari tumbuhan”. Begitu penjelasannya. Jadi kita bisa beli cairan ini dalam merek tertentu, dengan ukuran dan harga beragam. Harga bisa dari Rp 35000, sampai Rp. 500.000 per botol ukuran yang sama. “Jadi kualitasnya beragam”. “Kalo boleh tahu, dulu lo habis berapa duit sebulan buat ngerokok tembakau, dan sekarang pakai rokok elektrik ini berapa?”. “Kalo mengenai uang, sebenarnya lebih banyak yang elektrik, tapi kan lebih sehat” Teman saya berargumen.
Kebetulan, dalam konkow kemarin, ada juga teman lain yang ngeroko tembakau. Secara diam-diam saya coba tanya dia juga “Bang, ente ga ngerokok elektrik?”. “Ga lah, guwe rokok biasa aja, rokok begituan racun tau ga?!” “Heh!, ko racun bang?” saya penasaran. “Iyalah!, Itu kan pakai cairan ga jelas, zat kimia, dan belum ada izinnya di sini! Mending ngisep tembakau, jelas, kalau itu ga jelas Bro!” Waduh. “Bener bang?” “Iyalah, lo ga liat tempo hari di tipi ada yang keracunan pakai rokok begituan!” Waduh di rumah saya emang ga ada tipi antene, pikir saya. Setelah saya konfirmasi ke teman saya yang pakai rokok elektrik, ternyata bener, yang kaya begituan belum ada izinnya di sini! “Kalo mau pakai, cairannya yang bermerek, itu yang bagus ga berbahaya” Kata dia.
Pertanyaan saya dalam hati “Ini belum ada izinnya uda diisep? gimana kalau cairannya ga bener atau oplosan?” Gimana dengan efek pemakaiannya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul di kepala saya. “Bener-bener gaya hidup asal nemplok!”.
Jadi sebenarnya bagaimana sih isi rokok elektronik itu? Pertanyaan itu memancing saya mencari lebih jauh lagi informasi tentang rokok. Pada dasarnya ada dua pendapat yang beredar, yang pertama yang pro dan yang kedua yang kontra. Apa yang dikatakan teman saya yang pakai rokok elektrik, ada benarnya juga bahwa rokok elektrik tidak bau dan tidak mengganggu lingkungan, terutama tidak mengganggu perokok pasif. Tetapi yang dikatakan teman saya yang lainnya, yang pakai tembakau mengatakan zatnya itu berbahaya, benar juga karena menurut BPOM, zat yang ada di dalamnya, senyawa nitrosamine, dapat memicu kanker, dan secara umum belum ada hasil uji klinis yang menyatakan bahwa rokok elektrik aman. Waduh.
Bagi saya, di luar semua itu, menghargai orang yang berusaha berhenti merokok adalah penting. Menyelamatkan orang-orang yang tidak merokok juga sama penting. Saya care sama teman-teman saya yang merokok, dan pingin mereka berhenti. Daripada mengujat mereka, saya lebih baik mencoba mengajak mereka untuk berhenti merokok. Yang pertama dengan memberi contoh kita tidak merokok. Kedua, meyakinkan mereka bahwa merokok itu tidak sehat. Caranya pelan-pelan, ketika mereka sakit atau ga enak badan, biasanya saya bilang “Bro, kayanya ente kudu berhenti deh”. “Ngisep ya bro?” Sahut teman saya. “Ya, berhenti ngisep rokok bro!”
Kembali kepada rokok elektrik di atas, menurut saya jika kita menimbang positif dan negatifnya, pasti keduanya ada. Pertama, jika dilihat dari sisi perokok. Rokok elektrik dikatakan punya senyawa yang bisa memicu kanker, begitupula rokok tembakau, bisa dilihat di bungkusnya, menyebabkan kanker, ada kanker mulut atau kanker paru-paru dan penyakit lainnya seperti impotensi, jadi sama-sama beresiko berat. Kedua, jika dilihat dari lingkungan atau orang sekitar, rokok elektrik tidak membahayakan mereka, sedangkan rokok tembakau membahayakan. Ketiga, jika dilihat dari sisi industri rokok, tentu rokok elektrik menjadi pesaing tingkat tinggi, dan jika industri rokok di tanah air menurun, gimana?
Pada akhirnya, menurut saya, terlepas dari kelebihan maupun kekurangan, kita harus berhati-hati terhadap rokok jenis elektrik, karena belum ada izinnya, belum ada aturan mainnya di sini. Maksud berhati-hati adalah jangan dipakai dulu, walau niatannya untuk berhenti merokok, walau dirasa dapat mengurangi bahkan menghentikan kita merokok. Saya hawatir, segala sesuatu yang tidak ada izinnya, akan ada pihak atau oknum yang tidak bertanggungjawab, memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi tanpa melihat efeknya pada pemakai. Jadi tidak aman!
Jika memang ada izinnya dan dirasa bisa menghentikan rokok, barulah dicoba. Agar niat kita dalam mengurangi rokok pada akhirnya berhasil, bukan malah timbul masalah baru, seperti keracunan zat oplosan. Kalaupun saat ini kita belum kena efek jeleknya, mungkin di masa depan, naudzubillah! Kita coba tunggu pemerintah bergerak, dalam hal ini mungkin kerjasama antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Perdagangan. Kalau boleh saya memberi saran, mending berhenti rokok, baik yang konvensional maupun yang elektrikal, karena dua-duanya beresiko bagi sang perokok, ya kan? ya!
Sumber tulisan
https://www.kompasiana.com/ahmadimam/rokok-elektrik-lebih-amankah_55627fa24723bd692ea68ded

No comments:

Powered by Blogger.